Search This Blog
Kita semua adalah pelayan; biasa jadi pelayan keinginan sendiri, pelayan orang lain, pelayan masyarakat atau pelayan Tuhan ; jadilah pelayan yang mampu menyelamtkan diri di dunia dan akhirat
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Posted by
SUBHATMA
SEJARAH TENGKULAK
DESA
ADAT TENGKULAK TENGAH
SEJARAH
DESA ADAT TENGKULAK TENGAH
Oleh; Dwija Dauh
Banjar adat tengkulak
tengah merupakan salah satu banjar adat yang merupakan pemekaran dari Desa adat
tengkulak Kelod atau banjar adat Tengkulak Tiba Mas.
Secara administrasi desa adat Tengkulak
Tengah merupakan Banjaradat/desa Adat yang berada di Desa Kemenuh, Kecamatan
Sukawati Kabupaten Gianyar. Yang berbatasan lansung di sebelah utara dengan Desa
adat Tengkulak Kaja, sebelah timur Tukad Petanu di sebelah selatan dengan desa
adat Tengkulak Kelod dan di sebelah Barat dengan desa adat Tegal Bingin yang
merupakan bagian dari Desa Mas Kec. Ubud.
Posisi Banjar Tengkulak
Tengah tergolong unuk karena merupakan daerah Tiba Peliatan tapi masik wilayah
Kerajaan Bedahulu, karena hingga saat ini Banjar adat ini merupakan bagian dari
penyungsung pura samuan tiga atau bisa dikatakan sebagai pusat orientasi
spiritual adalah pura Samuan tiga sekarang yang dulunya sebelum digunakan untuk
mengambal keputusan oleh Mpu Kuturan bernama Pura Gunung Bhvah ( Pura Pemujaan
Gunung yang berada di tengah tengah) dari kata Bhur Bhvah Svah.
Bukti bukti sejarah yang masih bisa di
temukan di wilayah desa adat Tengkulak tengah adalah adanya daerah yang disebut
Bukit buwung, adanya tempat yang diyakinu sebagai seme/setra jaman dahulu,
adanya tempat pemujaan jaman dahulu berupa Taulan. Adanya sebuah dugul yang
memiliki karakter yang bebrbeda dengan pura subak pada umumnya, yang menurut saya
itu adalah peninggal jaman Bali kuno
Jika
dilihat dari sejarah Bali sebelum abad masehi yang didiami oleh Ras Melayunesia (Papua Melanesoid) Ras Melayunesia pada umumnya tinggal di daerah pedalaman
yang melakukan pemujaan roh nenek moyangnya yang disebut Para Hyang.Pusat orientasi pemujaan adalah Gunung (Hyang Bukit), dengan sarana pemujaan dari batu-batu alam
dalam bentuk sederhana yang disebut Batu
Taulan.Tempat pemujaan Parahyang disebut Ulan. Adanya Pura Batu Madeg, Pura Ponjok Batu, di Bali adalah
merupakan tempat-tempat pemujaan dari Batu berdiri yang disebut Menhir( Lingga). Sedangkan Pura Batu
Kau, Pura Batu Lempeh, Pura Batu Lepang merupakan altar pemujaan dari batu yang
disebut Dolmen (Yoni). Budaya
masyarakat Melayunesia mendapat pengaruh
dari budaya Jaman Perundagian.Pemukiman
masyarakat ini terletak didaerah pedalaman, dengan pola pemukiman yang terpusat
( Sentralistik).Kelompok masyarakat
dari ras Melayunesia yang pusat orientasi pemujaannya kearah Gunung disebut Wangsa Bukit yang melakukan pemujaan
pada Bulan Mati ( Tilem)……………..
Pada abad ke enam
di daratan cina tumbuh kerajaan yang besar dibawah kekuasaan Dinasti Han dan Tang yang memeluk agama
Budha. Kekuasaannya hingga dibeberapa wilayah Nusantara seperti Bali, sehingga
agama Budha mulai berkembang dengan pesat di Bali.Menurut catatan resmi di
negeri Cina menjelaskan yaitu pada tahun
518 M datang rombongan utusan dari Bali di bawah kekuasaan Keturunan Kundya dengan permaisuri
bernama Suddhodana.Mereka ingin
mengadakan hubungan kerjasama agar kekuasaannya di Bali mendapat dukungan dari
kaisar China. Kemudian pada tahun 523 M
datang rombongan masyarakat Bali yang kedua dengan membawa hadiah berupa Burung
Kakak tua berwarna Putih, Kapas ,Bokor, Kerang, Minyak Wangi, bahan
obat-obatan. Hubungan Kerjasama Bali dengan Cina menimbulkan hubungan
perdagangan yang baik sehingga Mata Uang Cina yang disebut Kepeng Bolong dengan satuan Keteng
(Qian-Tang) juga berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di Bali.Sejak saat
itu pengaruh budaya china yang berbasiskan Agama Budha mulai berkembang di
Bali.Secara arsitektural dapat dibuktikan dengan ditemukannya situs Candi Budha
dari abad ke enam seperti Candi Budha di
Desa Kali Bukbuk, daerah Manukaya
dan lain-lain. Secara Kenoarkeologis dapat dibuktikan dengan adanya seni ukir
dari Cina yang disebut Patra Cinha, tarian Barong yang menggambarkan kedatangan
para
pengembara
cina dari negeri jauh dan lain-lain. Proses perkembangan agama Budha di Bali
pada awalnya dengan melakukan sinkretisasi ( Penyatuan) dengan Sekte Siwa,
sehingga muncul pemujaan terhadap Hyang
Siwa-Budha.Nama lain dari Dewi Kali adalah Dewi Candi digunakan sebagai
nama tempat pemujaan bagi orang-orang budha yang disebut Candi.Hal ini dapat kita buktikan dari kebiasaan masyarakat Desa
Kali Bukbuk dengan menggunakan istilah “Pelinggih Candi” terhadap
pelinggih-pelinggih tempat pemujaan. Tempat tempat pemukiman wangsa Tang di
Bali digunakan sebagai nama desa seperti Tangeb,
Tangkid,Tangluk,Tangkeban, Bantang, Bongan Cina dan lain-lain.Dalam
perkembangannya Wangsa Budha mulai mengadakan sinkretisasi ( Penyatuan) dengan
Wangsa Sora, Gana dan Sidhanta yang disebut Wangsa Budha Sogatha untuk memuja Hyang Da-Tonta.
Dari
Awal abad pertama hingga abad ke enam terjadi perubahan sistim kewangsaan di
Bali yaitu Sistem Kewangsaan yang didasarkan atas Pusat Orientasi Pemujaan berubah menjadi Sistim Kewangsaan yang
didasarkan atas Dewa Pujaan seperti
: Wangsa Sora, Wangsa Wisnu, Wangsa Siwa, Wangsa Budha dan lain-lain. Dalam
perkembangannya tempat pemujaan dari kelompok masyarakat yang melakukan
pemujaan terhadap Sekte/Paksa Dewa Pujaannya disebut Pura Maksan. Maksan berasal dari kata Paksa yang berarti Kelompok
keagamaan yang melakukan pemujaan terhadap manifestasi dari Dewa-Dewa tertentu.
ISTILAH
DAN PENGERTIAN
Adapun yang di maksud dengan adat adalah
istilah yang pada mulanya berasal dari bahasa Arab yang menurut ahli Hukum Adat
bernama Van Vollenhoven berarti kebiasaan atau adat-kebiasaan (Purwita,1984:4)
Bila kita perhatikan
sungguh-sungguh, yang di maksud dengan adat atau di sebut juga adat agama Hindu
oleh masyarakat, tidak lain adalah wujud pelaksanaan Àcàra agama yakni
bentuk-bentuk upacara agama Hindu dengan berbagai rangkaiannya di samping juga
yang tradisi yang bersumber dari pelaksanaan ajaran agama yang diwarisi secara
turun temurun.
Selanjutnya istilah Desa Adat yang sekarang di kenal, pada mulanya dikenal
dengan sebutan ‘desa’ saja. Tetapi dengan adanya pembentukan desa yang lain
oleh pemerintah Belanda, yang mempunyai tugas khusus dalam penanganan
administrasi pemerintah di tingkat bawah, maka terjadilah kerancuan pengertian
‘desa’. Oleh karena itu untuk memberikan pembedaan yang tegas maka desa yang
berbeda fungsi dan tugasnya tersebut di beri nama masing-masing ‘Desa Adat’ dan ‘Desa Dinas’ atau ‘Desa
Administratif’. Istilah ini secara tertulis pertama kali di temukan dalam
buku I Gusti Putu Raka, tahun 1955 (Pitana,1994:139)
Batasan tentang Desa
Adat secara resmi (formal) telah di tuangkan dalam pasal 1 (e). Peraturan
daerah Bali No. 06 Tahun 1986 yang manyatakan bahwa Desa Adat adalah : “Kesatuan masyarakat hukum adat di Propinsi
Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama
pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan
Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai wilayah tertentu dan harta
kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri”.
Sejarah tengkulak dapat juga dilihat
dalam babad Bedahula seperti;
Setelah
pemerintahan raja Sri Mahaguru tahun 1324-1328 M. Maka pemerintahan dipegang
oleh Bhatara Sri Astasura Ratna Bhumi Banten yang disebut dalam prasasti Patapan
Langgahan tahun 1337 M. Selain itu ada pula sebuah patung yang disimpan di Pura
Tegeh Koripan termasuk Desa Kintamani. Pada bagian belakang patung itu ada
tulisan yang sangat rusak keadaannya.
PEMERINTAHAN SRI ASTASURA RATNA BUMI BANTEN
PEMERINTAHAN SRI ASTASURA RATNA BUMI BANTEN
Dikisahkan pada tahun 1337 raja Bhatara Sri Astasura Ratna Bhumi Banten / Sri Gajah Waktera / Sri Topolung mulai berkuasa di Pulau Bali, beliau sangat bijaksana serta adil dalam mengendalikan pemerintahan dan taat dalam melaksanakan upacara keagamaan., beliau terkenal sebagai seorang pemberani serta sangat sakti. dalam pemerintahannya beliau mengadakan pergantian sejumlah pejabat pemerintahan antara lain :
- Kesenepatian Kuturan yang dijabat Ki Dalang Camok diganti oleh Ki Mabasa Sinom
- Kesenepatian Danda yang dijabat Ki Kuda Langkat-Langkat diganti oleh Ki Bima Sakti
- Dibentuk kesenepatian baru yaitu Kesenepatian manyiringin di pegang oleh Ki Lembu Lateng.
- Perutusan Siwa rajamanggala yang dulu tinggal di Dewastana kini digeser ke Kunjarasana.
- Perutusan Pendeta Siwa Sewaratna yang dulu tinggal di Trinayana kini dipindahkan ke Dharmahanyar.
- Dang Upadyaya Pujayanta yang dijabat Pendeta di Biharanasi diganti oleh Pendeta Dang Upadyaya Dharma.
- Dibentuk pejabat Makarun di Hyang Karamus yang dipagang oleh Ki Panji Sukaningrat.
- Dibentuk 2 buah perutusan yaitu di Burwan yang dipegang oleh Sira Mahaguru dan di Buhara Bahung yang dipegang oleh Dang Upadyaya Kangka.
Beliau
mengangkat seorang Mangkubumi yang gagah perkasa bernama Ki Pasunggrigis, yang
tinggal di desa Tengkulak dekat istana Bedahulu di mana raja Astasura
bersemayam. Sebagai pembantunya diangkat Ki Kebo Iwa alias Kebo Taruna yang
tinggal di Desa Belahbatuh. Para menterinya di sebutkan antara lain :
1. Krian Pasung Grigis jabatan Mangkubumi di Tengkulak
2. Ki Kebo Iwa jabatan Patih di Blahbatuh
3. Ki Girikmana jabatan Menteri di Desa Loring Giri Ularan (Buleleng)
4. Ki Tambiak jabatan Menteri di desa Jimbaran
5. Ki Tunjung Tutur jabatan Menteri di desa Tenganan
6. Ki Buahan jabatan Menteri di desa Batur
7. Ki Tunjung Biru jabatan Pertanda di desa Tianyar
8. Ki Kopang jabatan Pertanda di desa Seraya
9. Ki Walungsari jabatan Pertanda di desa Taro.
10. Ki Gudug Basur jabatan Tumenggung
11. Ki Kalambang jabatan Demung
12. Ki Kalagemet jabatan Tumenggung di Desa Tangkas
13. Ki Buahan di Batur
14. Ki Walung Singkal di Desa Taro
Demikianlah para Menteri Bhatara Sri Astasura Ratna Bhumi Banten yang sebagian besar diantaranya adalah keturunan sang Ratu Ugrasena leluluh Sanjayawamsa, kesatrya Kalingga. Keturunan belia sangat berani sehingga terus menduduki jabatan penting sebagai Panglima Perang sampai pemerintahan Gelgel dan bergelar Jlantik. Beliau terkenal sebagai Arya Ularan panglima Dulang Mangap (Pasukan inti Kerajaan Gelgel) yang menaklukkan Blambangan dan Jlantik Bogol terkenal sebagai pahlawan perang Pasuruhan.
Kemudian diceriterakan pada perang yang terjadi
tahun 1343 Masehi itu, di Tengkulak Peliatan, Raja Tapolung beserta para
patihnya yang bernama Kebo Warunya dan I Gudug Basur gugur di medan
perang. Namun Ki Pasung Gerigis patih utama Dalem Bedaulu dapat ditawan.
Tiada lama
kemudian Ki Pasung Gerigis menyatakan dirinya menyerahkan diri dan
berbhakti kepada Raja Majapahit, karena itu diperintahkan untuk mengalahkan
Raja Sumbawa yang bernama Dedela Natha. Akhirnya keduanya
wafat di dalam perang tanding.
Menurut penjelasan
Bapak I Wayan Budiartha selaku Kelian Adat Bajar Tengkulak Tengah ”mengatakakan
Bahwa sebelum bernama Tengkulak Tengah Banjar ini Bernama Koyeng Tangkul” Bisa jadi Tangkul
itu yang dijadikan dasar pemberian nama Tengkulak, karena ada tengkulak
beberapa bagian maka yang paling utara namanya Tengkulak Kaja, yang
ditengah naman Tengkulak Tengah, dan
yang bagian selatan namanya Tengkulak Klod. Sementar batas barat yang berbatasan
dengan banjar Tegal Bingin sekarang, waktu dulu bernama Tegal Tejun.
Seperti disebutkan
dalam sejarah diatas Tempat tempat pemukiman wangsa Tang di Bali digunakan
sebagai nama desa seperti Tangeb,
Tangkid,Tangluk,Tangkeban, Bantang, Bongan Cina dan lain-lain.
Dilihat
dari nama dapat diperkirakan keberadaan perkembangan nama tersebut sesuai
dengan dinasti atau daerah dibawah pemerintahan atau sesuai dengaN Zamannya sebagai
berikut:
1.
Dari Zaman sebelum masehi sampai dengan
abad VI daerah ini ditempati oleh Ras Melayunesoid yang menempati daerah
pedalaman Bali dengan pusat orientasi pemujaan adalah Gunung dehungga disebut
dengan wangsa bukit, dengan pemujaan kepada leluhur yang pusat pemujaannya
berupa Batu berdiri yang di sebut Tulan, dari Taulan inilah berkembang menjadi
pemujaan kepada leluhur berupa Kemulan.
Bukti peninggalan yang dapat di jadikan kajian adalah adanya pura Bukit
di sebelah barat bajar Tengkulak Tengah,
yang sekarang merupakan wilayah Banjar Tegal Bingin. Yang kedua adanya Taulan
di sebelah Timur Banjat Tengkulak Tengah yang berada di tengah-tengah sawah.
Yang menurut perkiraan pusat pemujaan terbesar berada di Pura Samuan Tiga
sekarang, karena dulunya Pura Tersebut Bernama Gunung Bhvah
2.
Di abad ke VI Masehi ketika raja bali
menjalin kerjasama dengan dinasti Hang dan Tang di cina, wilayang kekuasaan
tengkulak Tengah bernama Koyang Tangkul .
3.
Pada masa Kekuasaan raja Bedahulu
bernama Tengkulak Peliatan.
4.
Pada masa kekuasaan dalem Batur Enggong
Bernama Tengkulak Tengah
PUSAT
OREINTASI PEMUJAAN
-
Dari Zaman sebelum masehi sampai dengan
abad VI daerah ini ditempati oleh Ras Melayunesoid yang menempati daerah
pedalaman Bali, Ras Melayunesia pada umumnya tinggal di daerah pedalaman yang
melakukan pemujaan roh nenek moyangnya yang disebut Para Hyang.Pusat orientasi pemujaan adalah Gunung (Hyang Bukit), dengan sarana pemujaan dari batu-batu alam
dalam bentuk sederhana yang disebut Batu
Taulan.Tempat pemujaan Parahyang disebut Ulan.
dengan
pusat orientasi pemujaan adalah Gunung sehingga disebut dengan wangsa bukit,
atau daerah itu disebut daerah bukit,
dengan pemujaan kepada leluhur yang pusat pemujaannya berupa Batu
berdiri yang di sebut Tulan, dari Taulan inilah berkembang menjadi pemujaan
kepada leluhur berupa Kemulan. Bukti
peninggalan yang dapat di jadikan kajian adalah adanya pura Bukit di sebelah
barat bajar Tengkulak Tengah, yang
sekarang merupakan wilayah Banjar Tegal Bingin. Yang kedua adanya Taulan di
sebelah Timur Banjat Tengkulak Tengah yang berada di tengah-tengah sawah. Yang
menurut perkiraan pusat pemujaan terbesar berada di Pura Samuan Tiga sekarang,
karena dulunya Pura Tersebut Bernama Gunung Bhvah
-
Dari Awal abad pertama hingga abad ke
enam terjadi perubahan sistim kewangsaan di Bali yaitu Sistem Kewangsaan yang
didasarkan atas Pusat Orientasi Pemujaan
berubah menjadi Sistim Kewangsaan yang didasarkan atas Dewa Pujaan seperti : Wangsa Sora, Wangsa Wisnu, Wangsa Siwa,
Wangsa Budha dan lain-lain. Dalam perkembangannya tempat pemujaan dari kelompok
masyarakat yang melakukan pemujaan terhadap Sekte/Paksa Dewa Pujaannya disebut Pura Maksan. Maksan berasal dari kata
Paksa yang berarti Kelompok keagamaan yang melakukan pemujaan terhadap
manifestasi dari Dewa-Dewa tertentu.
-
Pada masa raja raja bedahulu Siwa Budha
yang sudah berkerjasama dengan Dinasti
Han dan Tang di Cina yang memeluk kepercayaan Buddha maka pusat orientasi
pemujaan berubah menjadi Paksa Siwa Buddha terbukti di setiap wilayah kekuasaan
Bedahulu ada pelawatan Barong dan Ranggda. Ini sampai dengan tahun 1343. Karen
mulai tahun tersebut ……. diceriterakan
pada perang yang terjadi tahun 1343 Masehi itu, di Tengkulak Peliatan,
Raja Tapolung beserta para patihnya yang bernama Kebo Warunya dan I Gudug
Basur gugur di medan perang. Namun Ki Pasung Gerigis patih utama Dalem Bedaulu
dapat ditawan.....
(Ir. Ketut Darmaya; Pustaka Bali 2010)
-
Pada abad ke XV (1471) Keberhasilan Para Arya Bali mengambilalih
kekuasaan Sri Smara Kepakisan, maka Batur Enggong dinobatkan sebagai raja Bali
dengan gelar Dalem Batur Enggong.
Simbol kekuasaan beliau disebut Pura
Batur,sehingga disetiap wilayah kekuasaanya dibangun Pura Batur sebagai tanda
kekuasaan Batur Enggong. Kekuasaan beliau didukung oleh wangsa Bayu, Durga, Gana, Wisnu dan Kala yang disebut Wangsa
Badugul. Sehingga disetiap kekuasaan Batur Enggong yang dibantu oleh wangsa
Badugul dibangun tempat Pemujaan yang disebut Pura Bedugul. Pusat Orientasi Pemujaan disebut Pura Batur.
Dari uraian diatas dapat tafsirkan bahwa :
a.
Nama Tengkulak bisa jadi berasal dari
kata Tangkul yang diberi nama pada abat 6 karena desa Tengkulak masih
berdekatan dengan daerah manuk kaya Tampaksiring yang masih merupakan kekuasaan
Bedahulu, nama tang diawal merukan nama kekuasaan raja Bali dengan dinasti
Tang.
b.
Dari segi spiritual Pelawatan perujudan
Bhatara di wilayah Bedulu dan tengkulak lebih didominasi dengan perujudan
Barong dan Rangda sebagai penggabungan Siwa dan Budha.
c.
Desa Tengkulak merupakan Desa Tua karena
adanya peninggalan yang merupakan pusat orientasi spiritual dari awal abad
masihi berupa Taulan.
- Get link
- X
- Other Apps
Popular Posts
Posted by
SUBHATMA
wangsa, soroh, kasta dan warna di Bali
- Get link
- X
- Other Apps
Posted by
SUBHATMA
BUNGA YANG BOLEH DIGUNAKAN UNTUK YADNYA
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment