Skip to main content

Featured

pertama di indonesia

 

SEJARAH TENGKULAK



DESA ADAT TENGKULAK TENGAH

SEJARAH DESA ADAT TENGKULAK TENGAH

Oleh; Dwija Dauh


Banjar adat tengkulak tengah merupakan salah satu banjar adat yang merupakan pemekaran dari Desa adat tengkulak Kelod atau banjar adat Tengkulak Tiba Mas.

Secara administrasi desa adat Tengkulak Tengah merupakan Banjaradat/desa Adat yang berada di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Yang berbatasan lansung di sebelah utara dengan Desa adat Tengkulak Kaja, sebelah timur Tukad Petanu di sebelah selatan dengan desa adat Tengkulak Kelod dan di sebelah Barat dengan desa adat Tegal Bingin yang merupakan bagian dari Desa Mas Kec. Ubud.

Posisi Banjar Tengkulak Tengah tergolong unuk karena merupakan daerah Tiba Peliatan tapi masik wilayah Kerajaan Bedahulu, karena hingga saat ini Banjar adat ini merupakan bagian dari penyungsung pura samuan tiga atau bisa dikatakan sebagai pusat orientasi spiritual adalah pura Samuan tiga sekarang yang dulunya sebelum digunakan untuk mengambal keputusan oleh Mpu Kuturan bernama Pura Gunung Bhvah ( Pura Pemujaan Gunung yang berada di tengah tengah) dari kata Bhur Bhvah Svah.

Bukti bukti sejarah yang masih bisa di temukan di wilayah desa adat Tengkulak tengah adalah adanya daerah yang disebut Bukit buwung, adanya tempat yang diyakinu sebagai seme/setra jaman dahulu, adanya tempat pemujaan jaman dahulu berupa Taulan. Adanya sebuah dugul yang memiliki karakter yang bebrbeda dengan pura subak pada umumnya, yang menurut saya itu adalah peninggal jaman Bali kuno



Jika dilihat dari sejarah Bali sebelum abad masehi yang didiami oleh Ras Melayunesia  (Papua Melanesoid)             Ras Melayunesia pada umumnya tinggal di daerah pedalaman yang melakukan pemujaan roh nenek moyangnya yang disebut Para Hyang.Pusat orientasi pemujaan adalah Gunung (Hyang Bukit), dengan sarana pemujaan dari batu-batu alam dalam bentuk sederhana yang disebut Batu Taulan.Tempat pemujaan Parahyang disebut Ulan. Adanya Pura Batu Madeg, Pura Ponjok Batu, di Bali adalah merupakan tempat-tempat pemujaan dari Batu berdiri yang disebut Menhir( Lingga). Sedangkan Pura Batu Kau, Pura Batu Lempeh, Pura Batu Lepang merupakan altar pemujaan dari batu yang disebut Dolmen (Yoni). Budaya masyarakat Melayunesia mendapat pengaruh  dari budaya Jaman Perundagian.Pemukiman masyarakat ini terletak didaerah pedalaman, dengan pola pemukiman yang terpusat ( Sentralistik).Kelompok masyarakat dari ras Melayunesia yang pusat orientasi pemujaannya kearah Gunung disebut Wangsa Bukit yang melakukan pemujaan pada Bulan Mati ( Tilem)……………..

Pada abad ke enam di daratan cina tumbuh kerajaan yang besar dibawah kekuasaan Dinasti Han dan Tang yang memeluk agama Budha. Kekuasaannya hingga dibeberapa wilayah Nusantara seperti Bali, sehingga agama Budha mulai berkembang dengan pesat di Bali.Menurut catatan resmi di negeri Cina menjelaskan yaitu pada tahun 518 M datang rombongan utusan dari Bali di bawah kekuasaan Keturunan Kundya dengan permaisuri bernama Suddhodana.Mereka ingin mengadakan hubungan kerjasama agar kekuasaannya di Bali mendapat dukungan dari kaisar China. Kemudian pada tahun 523 M datang rombongan masyarakat Bali yang kedua dengan membawa hadiah berupa Burung Kakak tua berwarna Putih, Kapas ,Bokor, Kerang, Minyak Wangi, bahan obat-obatan. Hubungan Kerjasama Bali dengan Cina menimbulkan hubungan perdagangan yang baik sehingga Mata Uang Cina yang disebut Kepeng Bolong dengan satuan Keteng (Qian-Tang) juga berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di Bali.Sejak saat itu pengaruh budaya china yang berbasiskan Agama Budha mulai berkembang di Bali.Secara arsitektural dapat dibuktikan dengan ditemukannya situs Candi Budha dari abad ke enam seperti Candi Budha di Desa Kali Bukbuk, daerah Manukaya dan lain-lain. Secara Kenoarkeologis dapat dibuktikan dengan adanya seni ukir dari Cina yang disebut Patra Cinha, tarian Barong yang menggambarkan kedatangan para



pengembara cina dari negeri jauh dan lain-lain. Proses perkembangan agama Budha di Bali pada awalnya dengan melakukan sinkretisasi ( Penyatuan) dengan Sekte Siwa, sehingga muncul pemujaan terhadap Hyang Siwa-Budha.Nama lain dari Dewi Kali adalah Dewi Candi digunakan sebagai nama tempat pemujaan bagi orang-orang budha yang disebut Candi.Hal ini dapat kita buktikan dari kebiasaan masyarakat Desa Kali Bukbuk dengan menggunakan istilah “Pelinggih Candi” terhadap pelinggih-pelinggih tempat pemujaan. Tempat tempat pemukiman wangsa Tang di Bali digunakan sebagai nama desa seperti Tangeb, Tangkid,Tangluk,Tangkeban, Bantang, Bongan Cina dan lain-lain.Dalam perkembangannya Wangsa Budha mulai mengadakan sinkretisasi ( Penyatuan) dengan Wangsa Sora, Gana dan Sidhanta yang disebut Wangsa Budha Sogatha untuk memuja Hyang Da-Tonta.

Dari Awal abad pertama hingga abad ke enam terjadi perubahan sistim kewangsaan di Bali yaitu Sistem Kewangsaan yang didasarkan atas Pusat Orientasi Pemujaan berubah menjadi Sistim Kewangsaan yang didasarkan atas Dewa Pujaan seperti : Wangsa Sora, Wangsa Wisnu, Wangsa Siwa, Wangsa Budha dan lain-lain. Dalam perkembangannya tempat pemujaan dari kelompok masyarakat yang melakukan pemujaan terhadap Sekte/Paksa Dewa Pujaannya disebut Pura Maksan. Maksan berasal dari kata Paksa yang berarti Kelompok keagamaan yang melakukan pemujaan terhadap manifestasi dari Dewa-Dewa tertentu.



ISTILAH DAN PENGERTIAN

Adapun yang di maksud dengan adat adalah istilah yang pada mulanya berasal dari bahasa Arab yang menurut ahli Hukum Adat bernama Van Vollenhoven berarti kebiasaan atau adat-kebiasaan (Purwita,1984:4)


Bila kita perhatikan sungguh-sungguh, yang di maksud dengan adat atau di sebut juga adat agama Hindu oleh masyarakat, tidak lain adalah wujud pelaksanaan Àcàra agama yakni bentuk-bentuk upacara agama Hindu dengan berbagai rangkaiannya di samping juga yang tradisi yang bersumber dari pelaksanaan ajaran agama yang diwarisi secara turun temurun.


Selanjutnya istilah Desa Adat  yang sekarang di kenal, pada mulanya dikenal dengan sebutan ‘desa’ saja. Tetapi dengan adanya pembentukan desa yang lain oleh pemerintah Belanda, yang mempunyai tugas khusus dalam penanganan administrasi pemerintah di tingkat bawah, maka terjadilah kerancuan pengertian ‘desa’. Oleh karena itu untuk memberikan pembedaan yang tegas maka desa yang berbeda fungsi dan tugasnya tersebut di beri nama masing-masing ‘Desa Adat’ dan ‘Desa Dinas’ atau ‘Desa Administratif’. Istilah ini secara tertulis pertama kali di temukan dalam buku I Gusti Putu Raka, tahun 1955 (Pitana,1994:139)



Batasan tentang Desa Adat secara resmi (formal) telah di tuangkan dalam pasal 1 (e). Peraturan daerah Bali No. 06 Tahun 1986 yang manyatakan bahwa Desa Adat adalah : “Kesatuan masyarakat hukum adat di Propinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri”.

Sejarah tengkulak dapat juga dilihat dalam babad Bedahula seperti;

Setelah pemerintahan raja Sri Mahaguru tahun 1324-1328 M. Maka pemerintahan dipegang oleh Bhatara Sri Astasura Ratna Bhumi Banten yang disebut dalam prasasti Patapan Langgahan tahun 1337 M. Selain itu ada pula sebuah patung yang disimpan di Pura Tegeh Koripan termasuk Desa Kintamani. Pada bagian belakang patung itu ada tulisan yang sangat rusak keadaannya.

PEMERINTAHAN SRI ASTASURA RATNA BUMI BANTEN


Dikisahkan pada tahun 1337 raja Bhatara Sri Astasura Ratna Bhumi Banten / Sri Gajah Waktera / Sri Topolung mulai berkuasa di Pulau Bali, beliau sangat bijaksana serta adil dalam mengendalikan pemerintahan dan taat dalam melaksanakan upacara keagamaan., beliau terkenal sebagai seorang pemberani serta sangat sakti. dalam pemerintahannya beliau mengadakan pergantian sejumlah pejabat pemerintahan antara lain :


- Kesenepatian Kuturan yang dijabat Ki Dalang Camok diganti oleh Ki Mabasa Sinom
- Kesenepatian Danda yang dijabat Ki Kuda Langkat-Langkat diganti oleh Ki Bima Sakti
- Dibentuk kesenepatian baru yaitu Kesenepatian manyiringin di pegang oleh Ki Lembu Lateng.
- Perutusan Siwa rajamanggala yang dulu tinggal di Dewastana kini digeser ke Kunjarasana.
- Perutusan Pendeta Siwa Sewaratna yang dulu tinggal di Trinayana kini dipindahkan ke Dharmahanyar.
- Dang Upadyaya Pujayanta yang dijabat Pendeta di Biharanasi diganti oleh Pendeta Dang Upadyaya Dharma.
- Dibentuk pejabat Makarun di Hyang Karamus yang dipagang oleh Ki Panji Sukaningrat.
- Dibentuk 2 buah perutusan yaitu di Burwan yang dipegang oleh Sira Mahaguru dan di Buhara Bahung yang dipegang oleh Dang Upadyaya Kangka.

Beliau mengangkat seorang Mangkubumi yang gagah perkasa bernama Ki Pasunggrigis, yang tinggal di desa Tengkulak dekat istana Bedahulu di mana raja Astasura bersemayam. Sebagai pembantunya diangkat Ki Kebo Iwa alias Kebo Taruna yang tinggal di Desa Belahbatuh. Para menterinya di sebutkan antara lain :


1. Krian Pasung Grigis jabatan Mangkubumi di Tengkulak
2. Ki Kebo Iwa jabatan Patih di Blahbatuh
3. Ki Girikmana jabatan Menteri di Desa Loring Giri Ularan (Buleleng)
4. Ki Tambiak jabatan Menteri di desa Jimbaran
5. Ki Tunjung Tutur jabatan Menteri di desa Tenganan
6. Ki Buahan jabatan Menteri di desa Batur
7. Ki Tunjung Biru jabatan Pertanda di desa Tianyar
8. Ki Kopang jabatan Pertanda di desa Seraya
9. Ki Walungsari jabatan Pertanda di desa Taro.
10. Ki Gudug Basur jabatan Tumenggung
11. Ki Kalambang jabatan Demung
12. Ki Kalagemet jabatan Tumenggung di Desa Tangkas
13. Ki Buahan di Batur
14. Ki Walung Singkal di Desa Taro


Demikianlah para Menteri Bhatara Sri Astasura Ratna Bhumi Banten yang sebagian besar diantaranya adalah keturunan sang Ratu Ugrasena leluluh Sanjayawamsa, kesatrya Kalingga. Keturunan belia sangat berani sehingga terus menduduki jabatan penting sebagai Panglima Perang sampai pemerintahan Gelgel dan bergelar Jlantik. Beliau terkenal sebagai Arya Ularan panglima Dulang Mangap (Pasukan inti Kerajaan Gelgel) yang menaklukkan Blambangan dan Jlantik Bogol terkenal sebagai pahlawan perang Pasuruhan.

Kemudian diceriterakan pada perang yang terjadi  tahun 1343 Masehi itu, di Tengkulak Peliatan, Raja Tapolung beserta para patihnya yang bernama  Kebo Warunya dan I Gudug Basur gugur di medan perang. Namun Ki Pasung Gerigis patih utama Dalem Bedaulu dapat  ditawan.

 Tiada lama kemudian  Ki Pasung Gerigis menyatakan dirinya menyerahkan diri dan berbhakti kepada Raja Majapahit, karena itu diperintahkan untuk mengalahkan Raja Sumbawa  yang bernama Dedela Natha. Akhirnya  keduanya  wafat  di dalam perang tanding.






Menurut penjelasan Bapak I Wayan Budiartha selaku Kelian Adat Bajar Tengkulak Tengah ”mengatakakan Bahwa sebelum bernama Tengkulak Tengah Banjar ini Bernama Koyeng Tangkul  Bisa jadi Tangkul itu yang dijadikan dasar pemberian nama Tengkulak, karena ada tengkulak beberapa bagian maka yang paling utara namanya Tengkulak Kaja, yang ditengah  naman Tengkulak Tengah, dan yang bagian selatan namanya Tengkulak Klod. Sementar batas barat yang berbatasan dengan banjar Tegal Bingin sekarang, waktu dulu bernama Tegal Tejun.

Seperti disebutkan dalam sejarah diatas Tempat tempat pemukiman wangsa Tang di Bali digunakan sebagai nama desa seperti Tangeb, Tangkid,Tangluk,Tangkeban, Bantang, Bongan Cina dan lain-lain.

            Dilihat dari nama dapat diperkirakan keberadaan perkembangan nama tersebut sesuai dengan dinasti atau daerah dibawah pemerintahan atau sesuai dengaN Zamannya sebagai berikut:

1.      Dari Zaman sebelum masehi sampai dengan abad VI daerah ini ditempati oleh Ras Melayunesoid yang menempati daerah pedalaman Bali dengan pusat orientasi pemujaan adalah Gunung dehungga disebut dengan wangsa bukit, dengan pemujaan kepada leluhur yang pusat pemujaannya berupa Batu berdiri yang di sebut Tulan, dari Taulan inilah berkembang menjadi pemujaan kepada leluhur berupa Kemulan.  Bukti peninggalan yang dapat di jadikan kajian adalah adanya pura Bukit di sebelah barat  bajar Tengkulak Tengah, yang sekarang merupakan wilayah Banjar Tegal Bingin. Yang kedua adanya Taulan di sebelah Timur Banjat Tengkulak Tengah yang berada di tengah-tengah sawah. Yang menurut perkiraan pusat pemujaan terbesar berada di Pura Samuan Tiga sekarang, karena dulunya Pura Tersebut Bernama Gunung Bhvah

2.      Di abad ke VI Masehi ketika raja bali menjalin kerjasama dengan dinasti Hang dan Tang di cina, wilayang kekuasaan tengkulak Tengah bernama Koyang Tangkul .

3.      Pada masa Kekuasaan raja Bedahulu bernama Tengkulak Peliatan.

4.      Pada masa kekuasaan dalem Batur Enggong Bernama Tengkulak Tengah







PUSAT OREINTASI PEMUJAAN



-          Dari Zaman sebelum masehi sampai dengan abad VI daerah ini ditempati oleh Ras Melayunesoid yang menempati daerah pedalaman Bali, Ras Melayunesia pada umumnya tinggal di daerah pedalaman yang melakukan pemujaan roh nenek moyangnya yang disebut Para Hyang.Pusat orientasi pemujaan adalah Gunung (Hyang Bukit), dengan sarana pemujaan dari batu-batu alam dalam bentuk sederhana yang disebut Batu Taulan.Tempat pemujaan Parahyang disebut Ulan.

dengan pusat orientasi pemujaan adalah Gunung sehingga disebut dengan wangsa bukit, atau daerah itu disebut daerah bukit,  dengan pemujaan kepada leluhur yang pusat pemujaannya berupa Batu berdiri yang di sebut Tulan, dari Taulan inilah berkembang menjadi pemujaan kepada leluhur berupa Kemulan.  Bukti peninggalan yang dapat di jadikan kajian adalah adanya pura Bukit di sebelah barat  bajar Tengkulak Tengah, yang sekarang merupakan wilayah Banjar Tegal Bingin. Yang kedua adanya Taulan di sebelah Timur Banjat Tengkulak Tengah yang berada di tengah-tengah sawah. Yang menurut perkiraan pusat pemujaan terbesar berada di Pura Samuan Tiga sekarang, karena dulunya Pura Tersebut Bernama Gunung Bhvah



-          Dari Awal abad pertama hingga abad ke enam terjadi perubahan sistim kewangsaan di Bali yaitu Sistem Kewangsaan yang didasarkan atas Pusat Orientasi Pemujaan berubah menjadi Sistim Kewangsaan yang didasarkan atas Dewa Pujaan seperti : Wangsa Sora, Wangsa Wisnu, Wangsa Siwa, Wangsa Budha dan lain-lain. Dalam perkembangannya tempat pemujaan dari kelompok masyarakat yang melakukan pemujaan terhadap Sekte/Paksa Dewa Pujaannya disebut Pura Maksan. Maksan berasal dari kata Paksa yang berarti Kelompok keagamaan yang melakukan pemujaan terhadap manifestasi dari Dewa-Dewa tertentu.



-          Pada masa raja raja bedahulu Siwa Budha yang sudah berkerjasama dengan  Dinasti Han dan Tang di Cina yang memeluk kepercayaan Buddha maka pusat orientasi pemujaan berubah menjadi Paksa Siwa Buddha terbukti di setiap wilayah kekuasaan Bedahulu ada pelawatan Barong dan Ranggda. Ini sampai dengan tahun 1343. Karen mulai tahun tersebut ……. diceriterakan pada perang yang terjadi  tahun 1343 Masehi itu, di Tengkulak Peliatan, Raja Tapolung beserta para patihnya yang bernama  Kebo Warunya dan I Gudug Basur gugur di medan perang. Namun Ki Pasung Gerigis patih utama Dalem Bedaulu dapat  ditawan..... (Ir. Ketut Darmaya; Pustaka Bali 2010)



-          Pada abad ke XV (1471)  Keberhasilan Para Arya Bali mengambilalih kekuasaan Sri Smara Kepakisan, maka  Batur Enggong dinobatkan sebagai raja Bali dengan gelar Dalem Batur Enggong. Simbol kekuasaan beliau disebut Pura Batur,sehingga disetiap wilayah kekuasaanya dibangun Pura Batur sebagai tanda kekuasaan Batur Enggong. Kekuasaan beliau didukung oleh wangsa Bayu, Durga, Gana, Wisnu dan Kala yang disebut Wangsa Badugul. Sehingga disetiap kekuasaan Batur Enggong yang dibantu oleh wangsa Badugul dibangun tempat Pemujaan yang disebut Pura Bedugul. Pusat Orientasi Pemujaan disebut Pura Batur.




Dari uraian diatas dapat tafsirkan bahwa :

a.       Nama Tengkulak bisa jadi berasal dari kata Tangkul yang diberi nama pada abat 6 karena desa Tengkulak masih berdekatan dengan daerah manuk kaya Tampaksiring yang masih merupakan kekuasaan Bedahulu, nama tang diawal merukan nama kekuasaan raja Bali dengan dinasti Tang.

b.      Dari segi spiritual Pelawatan perujudan Bhatara di wilayah Bedulu dan tengkulak lebih didominasi dengan perujudan Barong dan Rangda sebagai penggabungan Siwa dan Budha.

c.       Desa Tengkulak merupakan Desa Tua karena adanya peninggalan yang merupakan pusat orientasi spiritual dari awal abad masihi berupa Taulan.




Comments

Popular Posts