Skip to main content

Featured

pertama di indonesia

 

ARTI DAN FUNGSI BUNGA

Bunga merupakan sarana pokok dalam persembahyangan dan sangat banyak digunakan dalam yadnya. Sarana berupa bunga memiliki peranan yang sangat penting untuk kelengkapan dan kesempurnaan suatu proses persembahan atau yadnya, baik yang digunakan untuk pelaksanaan yadnya setiap hari (nitya karma), maupun untuk keperluan yadnya dalam waktu-waktu tertentu (naimitika karma). Kalau kita perhatikan kaitannya dengan pelaksanaan upacara Panca Yadnya, bunga banyak digunakan dalam upakara banten, sesajen atau bentuk upakara yadnya lainnya. 
Kemudian dalam kepentingan yang lain, bunga juga dipakai sebagai suatu hiasan untuk menumbuhkan suasana indah dan menciptakan suasana nyaman dalam suatau kegiatan tertentu, baik dalam lingkungan keluarga, aktifitas kemasyarakatan, kegiatan hiburan, kegiatan hari raya nasional, kegiatan pesta perkawinan, kunjungan  pada tempat-tempat tertentu, kunjungan kenegaraan, dalam percintaan, kedukaan, ziarah ke kuburan dan sebagainya.
Dalam kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, kebutuhan akan bunga di masyarakat semakin meningkat, walaupun dalam penggunaannya tidak berkaitan dengan kepentingan upacara agama. Dalam perkembangan pariwisata, bunga juga di perlukan dalam jumlah besar sebagai perhiasan.  Sungguh banyak manfaat dan kegunaan bunga dalam kehidupan manusia. Demikian juga di dalam kehidupan umat Hindu, bunga memiliki nilai relijius, nilai spiritual dan nilai kesucian yang sangat tinggi.
Bunga yang digunakan untuk keperluan yadnya atau persembahan, bukanlah bunga yang sembarangan atau bunga yang diperoleh asal ada atau asal dapat, tetapi bunga yang dipilih khusus sesuai dengan sumber-sumber sastra suci dalam ajaran agama Hindu.

Menyimak makna sebuah sloka suci Bhagavadgita IX.26:
Patraým pûspam phalaý toyaý
Yo me bhaktyã prayacchati,
Tad ahaý bhakty-upahåtam
Asnãmi prayatãtmanaá.

Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku, mempersembahkan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, setetas air, aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci.

Menyimak makna sebuah sloka suci dalam kitab suci Bhagavadgita di atas, ada kalimat yang menegaskan penggunaan bunga sebagi sarana dalam upacara yadnya. Dalam sloka tersebut ada tersurat kata puspam yang maksudnya adalah bunga yang digunakan sebagai sarana suci dalam upacara yadnya. Istilah lain dari bunga adalah puspa, kembang, sekar dan ada juga menyebutnya dengan nama kusuma.
Puspa atau kembang merupakan benda yang disuguhkan sebagai cara untuk menunjukkan perasaan yang dapat memberikan suatu kepuasan. Puspa atau kembang juga merupakan sarana untuk menyampaikan isi hati dan rasa bhakti kepada Hyang Widhi Wasa karena mempersembahkan bunga sebagai suatu upakara sebagai wujud yadnya. Landasan utama dalam menghaturkan persembahan adalah suatu ketulusan atau kesucian hati yang disertai dengan cinta kasih. Walaupun persembahannya sederhana yaitu dengan sekuntum bunga, apabila disertai dengan landasan kesucian dan cinta kasih, maka persembahan yang demikianlah yang diterima oleh Hyang Widhi.
Apabila memiliki kemampuan untuk mempersembahkan yadnya yang serba banyak, serba mewah, serba meriah, serba semarak, juga tidak ada salahnya, sepanjang semua persembahan tersebut merupakan persembahan yang terhormat, persembahan yang dilandasi oleh rasa ikhlas dan suci. Tentu hal tersebut pahalanya juga baik, karena Hyang Widhi dapat menerima persembahan yang disertai dengan kesadaran hati yang tinggi.
Namun akan terjadi sebaliknya apabila persembahan yang diberikan justru sifatnya pamrih karena semata-mata untuk menerima balasan-Nya, suatu persembahan yang sifatnya paksaan, dan persembahan untuk mewujudkan rasa gengsi karena status sosial yang dimiliki. Suatu persembahan akan dapat diterima dengan terpuji, bilamana kesederhanaan serta kesemarakan disertai oleh pendalaman maknanya dan berlandaskan pada konsep kebenaran atau dharma.

Berdasarkan Rgveda X.90.2.
(Tuhan sebagai wujud kesadaran agung merupakan asal dari segala yang telah dan yang akan ada.  Ia adalah raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan berkembang dengan yadnya).

Didalam kitab Rgveda tersebut kita jumpai teori yadnya, dimana Maha Purusa dalam menciptakan didunia ini, Ia lakukan melalui yadnya dan yang dipergunakan sebagai yadnya adalah badan-Nya sendiri. Pengorbanan yang tertinggi adalah kurban yang dilakukan dengan mengorbangkan diri sendiri. Bila disimak lebih lanjut, apapun juga yang dijadikan kurban dalam upacara yadnya itu tidak lain dari pada-Nya, karena Maha Purusa pada permulaan ciptaan-Nya menjadikan semua ini dengan jalan berkurban yang berasal dari diri-Nya sehingga dengan demikian dunia dan seisi alam ini identik dengan-Nya.

Bersambung…………………….


Comments

Popular Posts