Search This Blog
Kita semua adalah pelayan; biasa jadi pelayan keinginan sendiri, pelayan orang lain, pelayan masyarakat atau pelayan Tuhan ; jadilah pelayan yang mampu menyelamtkan diri di dunia dan akhirat
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Posted by
SUBHATMA
MAKNA DAN PENGERTIAN BUNGA
Unsur
perlengkapan upakara samskara atau
yadnya yang banyak digunakan dalam kehidupan beragama Hindu adalah kembang atau
puspa, yang merupakan bentuk sesajen yang paling mudah dan paling murah. Puspa
adalah benda yang dipersembahkan sebagai cara menunjukan perasaan yang dapat memberikan
suatu kepusan, yang terpenting adalah perbuatan itu akan dapat memberikan rasa
puas pada diri seseorang yang ingin menyampaikan perasaannya. Bentuk yang lebih komplit dari
yadnya yang dipersembahkan selain bunga ialah dengan menambah jenis korban itu
dalam bentuk hasil bumi lainnya.
Didalam mantra
Wedaparikrama, ada mantra untuk puspa aksata
dan gandha, masing-masing berbunyi
sebagai berikut:
“Oý puspa-dantaya namah
(puspa)
Oý kum kumara wijaya naham (aksata)
Oý Cri Gandhecwari- amrtebhyo namah swaha (gandha)”
Yang
di maksud dengan puspa-danta ialah Siwa,
gelar yang di berikan kepada Siwa. Dari mantra di atas, penggunaan kembang atau
bunga bukan lagi sebagai alat, tetapi sebagai lambang Siwa yang tidak berbeda
dari pada-Nya.
Aksata atau biji-bijian berupa beras adalah lambang benih (biji). Kumara adalah putra Siwa. Aksata adalah hasil satu ciptaan yang
tidak lain adalah ciptaan-Nya.
Gandha adalah bau harum, yang berasal dari kembang atau bunga dan biji-bijian
itu. Gandha adalah sifat yang tidak
terpisah. Gandha diumpamakan sebagai amrta (lambang kehidupan yang abadi). Gandha adalah amrta yang didalam mantra diatas dihubungkan dengan Siwa sebagai
Iswara (baca Wedaparikrana,Gde pudja, M.A., S.H :46 -47).
Dari mantra di atas yaitu mantra puspa, perlu
di ingat bahwa puspa di maksudkan sebagai wujud dari Sang Hyang Puspa Danta, yang merupakan gelar Sang Hyang Siwa atau
Hyang Widhi Wasa. Dengan demikian, adanya bunga atau puspa sebagai lambang siwa
dan adanya bunga atau puspa sebagai sarana persembahan dan sarana pemujaan
kehadapan Hyang Widhi (Bhagavadgita, IX, 26).
Berdasarkan
sumber-sumber sastra Agama Hindu menegaskan bahwa perlunya melakukan
persembahan dengan sarana yang di benarkan oleh ajaran agama Hindu serta yang
memiliki nilai kesucian. Dalam beberapa naskah keagamaan ada di jumpai
penjelasan mengenai bunga yang memiliki arti dan makna tertentu, seperti bunga
sebagai perlambang restu dari Hyang Widhi Wasa, bunga perlambang jiwa alam
pikiran, dan bunga sebagai sarana upacara keagamaan atau sarana upacara yadnya
yang dilaksanakan oleh umat Hindu. Yaitu sebagai berikut:
- Dalam Kekawin Ramayana, adanya bunga Gandha Kusuma perlambang restu Hyang Widhi
terhadap Sang Rama ketika berperang menumpas ketidak benaran atau adharma, maka
Sang Rama direstui dengan di jatuhi hujan bunga yang harum baunya.
- Dalam Kekawin Arjuna Wiwaha, ada menegaskan dalam
keberhasilan Sang Arjuna melakukan tapa, brata, yoga dan semadhi dan sebagai
bukti Hyang Widhi merestui tapanya, maka secara tiba-tiba berhamburan hujan
bunga Puspa Warsa yaitu hujan bunga sebagi lambang Dewa
Siwa (Hyang Widhi) telah merestui tapanya sang Arjuna dengan mendapatkan
anugrah Panah Pasupati, yang
merupakan senjata lambang kekuatan dharma untuk menumpas ketidak benaran
atau adharma.
- Dalam Kidung Aji Kembang, bahwa Dewata Nawa Sanga di lambangkan dengan bunga tunjung atau
teratai yang berwarna sembilan sesuai dengan arah Asta Aiswarya atau Asta Dala,
seperti Dewa Iswara arah timur dengan lambang bunga tunjung putih, Dewa Mahesora arah
tenggara dengan lambang bunga tunjung dadu, Dewa Brahma arah selatan dengan
lambang bunga tunjung merah, Dewa Rudra arah barat daya dengan lambang bunga
tunjung jingga, Dewa Mahadewa arah barat dengan lambang bunga tunjung kuning, Dewa
Sangkara arah barat laut dengan lambang bunga tunjung wilis atau bunga tunjung
hijau, Dewa Wisnu arah utara dengan lambang bunga tunjung Hitam, Dewa Sambu
arah timur laut dengan lambang bunga
tunjung biru, dan Dewa Siwa
arah tengah dengan lambang bunga tunjung warna lima atau panca warna.
- Dalam naskah Dwijendra Tattwa, menjelaskan bunga teratai yang berwarna tiga:
bunga teratai warna putih arah timur, bunga teratai warna hitam arah utara, dan
bunra teratai warna merah arah selata. Ketiga jenis bunga teratai tersebut
sebagai lambang Sang Hyang Tri Murti.
Kemudian
bunga juga sebagai lambang jiwa alam pikiran manusia. Dalam rangkaian upacara Pitra Yadnya, kita menjumpai adanya
penggunaan Sekarura yang merupakan
campuran daun temen, 12 macam bunga, uang kepeng, dan beras kuning. Sekarura yang ini biasanya di taburkan
mulai dari mayat itu di berangkatkan, dalam perjalanan, hingga sampai di
kuburan. Sesungguhnya makna dari sekarura
ini adalah sebagai pembuka jalan atau melepaskan kegelapan roh dalam mencari
jalan ke Sorga.
Dalam Mpu lutuk aben, menyebutkan sebagai berikut :
“ih kita sang
ingaskara, limaku sira ngakih genah sira. Yan katiba ring tengahing dalan saget
ketemu sira ana jurang parung mandeg pwa sira rumuhun, samburata beras catur
warna. Elingakna apan jurang pinaka karman ta nguni duke urip”.
Menyimak kisah cerita Hariwangsa, ada dikisahkan tentang ketulusan dan
cetusan kasih Prabhu Kresna terhadap Dewi Rukmini dengan memberikan sekuntum
bunga sebagai lambang kasih yang suci murni dan tiada duanya.
Selanjutnya ada pula sebagai suatu ketegasan
mengenai bunga melambangkan jiwa kepahlawanan dengan bunga kembang sepatu merah
atau wirakusuma atau bunga yang gagah berani.
Penggunaan
sarana bunga dalam upacara yadnya sangat banyak kita jumpai karena bunga sebagai sarana keagamaan atau sarana upacara yadnya, memiliki
arti dan makna yang sangat mulia. Seperti makna religius atau makna spiritual
serta makna kesucian.
- Get link
- X
- Other Apps
Popular Posts
Posted by
SUBHATMA
wangsa, soroh, kasta dan warna di Bali
- Get link
- X
- Other Apps
Posted by
SUBHATMA
BUNGA YANG BOLEH DIGUNAKAN UNTUK YADNYA
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment