Skip to main content

Featured

pertama di indonesia

 

MAKNA DAN PENGERTIAN BUNGA

Unsur perlengkapan upakara samskara atau yadnya yang banyak digunakan dalam kehidupan beragama Hindu adalah kembang atau puspa, yang merupakan bentuk sesajen yang paling mudah dan paling murah. Puspa adalah benda yang dipersembahkan sebagai cara menunjukan perasaan yang dapat memberikan suatu kepusan, yang terpenting adalah perbuatan itu akan dapat memberikan rasa puas pada diri seseorang yang ingin menyampaikan perasaannya. Bentuk yang lebih komplit dari yadnya yang dipersembahkan selain bunga ialah dengan menambah jenis korban itu dalam bentuk hasil bumi lainnya. 
Didalam mantra Wedaparikrama, ada mantra untuk puspa aksata dan gandha, masing-masing berbunyi sebagai berikut:
“Oý puspa-dantaya namah (puspa)
Oý kum kumara wijaya naham (aksata)
Oý Cri Gandhecwari- amrtebhyo namah swaha (gandha)”
Yang di maksud dengan puspa-danta ialah Siwa, gelar yang di berikan kepada Siwa. Dari mantra di atas, penggunaan kembang atau bunga bukan lagi sebagai alat, tetapi sebagai lambang Siwa yang tidak berbeda dari pada-Nya.
Aksata atau biji-bijian berupa beras adalah lambang benih (biji). Kumara adalah putra Siwa. Aksata adalah hasil satu ciptaan yang tidak lain adalah ciptaan-Nya.
Gandha adalah bau harum, yang berasal dari kembang atau bunga dan biji-bijian itu. Gandha adalah sifat yang tidak terpisah. Gandha diumpamakan sebagai amrta (lambang kehidupan yang abadi). Gandha adalah amrta yang didalam mantra diatas dihubungkan dengan Siwa sebagai Iswara (baca Wedaparikrana,Gde pudja, M.A., S.H :46 -47).
Dari mantra di atas yaitu mantra puspa, perlu di ingat bahwa puspa di maksudkan sebagai wujud dari Sang Hyang Puspa Danta, yang merupakan gelar Sang Hyang Siwa atau Hyang Widhi Wasa. Dengan demikian, adanya bunga atau puspa sebagai lambang siwa dan adanya bunga atau puspa sebagai sarana persembahan dan sarana pemujaan kehadapan Hyang Widhi (Bhagavadgita, IX, 26).
Berdasarkan sumber-sumber sastra Agama Hindu menegaskan bahwa perlunya melakukan persembahan dengan sarana yang di benarkan oleh ajaran agama Hindu serta yang memiliki nilai kesucian. Dalam beberapa naskah keagamaan ada di jumpai penjelasan mengenai bunga yang memiliki arti dan makna tertentu, seperti bunga sebagai perlambang restu dari Hyang Widhi Wasa, bunga perlambang jiwa alam pikiran, dan bunga sebagai sarana upacara keagamaan atau sarana upacara yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu. Yaitu sebagai berikut:
-       Dalam Kekawin Ramayana, adanya bunga Gandha Kusuma  perlambang restu Hyang Widhi terhadap Sang Rama ketika berperang menumpas ketidak benaran atau adharma, maka Sang Rama direstui dengan di jatuhi hujan bunga yang harum baunya.
-       Dalam Kekawin Arjuna Wiwaha, ada menegaskan dalam keberhasilan Sang Arjuna melakukan tapa, brata, yoga dan semadhi dan sebagai bukti Hyang Widhi merestui tapanya, maka secara tiba-tiba berhamburan hujan bunga Puspa Warsa yaitu hujan bunga sebagi lambang Dewa Siwa (Hyang Widhi) telah merestui tapanya sang Arjuna dengan mendapatkan anugrah Panah Pasupati, yang merupakan senjata lambang kekuatan dharma untuk menumpas ketidak benaran atau adharma.
-       Dalam Kidung Aji Kembang, bahwa Dewata Nawa Sanga di lambangkan dengan bunga tunjung atau teratai yang berwarna sembilan sesuai dengan arah Asta Aiswarya atau Asta Dala, seperti Dewa Iswara arah timur dengan lambang  bunga tunjung putih, Dewa Mahesora arah tenggara dengan lambang bunga tunjung dadu, Dewa Brahma arah selatan dengan lambang bunga tunjung merah, Dewa Rudra arah barat daya dengan lambang bunga tunjung jingga, Dewa Mahadewa arah barat dengan lambang bunga tunjung kuning, Dewa Sangkara arah barat laut dengan lambang bunga tunjung wilis atau bunga tunjung hijau, Dewa Wisnu arah utara dengan lambang bunga tunjung Hitam, Dewa Sambu arah timur laut dengan lambang  bunga tunjung  biru, dan Dewa Siwa arah tengah dengan lambang bunga tunjung warna lima atau panca warna.
-       Dalam naskah Dwijendra Tattwa, menjelaskan bunga teratai yang berwarna tiga: bunga teratai warna putih arah timur, bunga teratai warna hitam arah utara, dan bunra teratai warna merah arah selata. Ketiga jenis bunga teratai tersebut sebagai lambang Sang Hyang Tri Murti.
Kemudian bunga juga sebagai lambang jiwa alam pikiran manusia. Dalam rangkaian upacara Pitra Yadnya, kita menjumpai adanya penggunaan Sekarura yang merupakan campuran daun temen, 12 macam bunga, uang kepeng, dan beras kuning. Sekarura yang ini biasanya di taburkan mulai dari mayat itu di berangkatkan, dalam perjalanan, hingga sampai di kuburan. Sesungguhnya makna dari sekarura ini adalah sebagai pembuka jalan atau melepaskan kegelapan roh dalam mencari jalan ke Sorga.

Dalam Mpu lutuk aben, menyebutkan sebagai berikut :

ih kita sang ingaskara, limaku sira ngakih genah sira. Yan katiba ring tengahing dalan saget ketemu sira ana jurang parung mandeg pwa sira rumuhun, samburata beras catur warna. Elingakna apan jurang pinaka karman ta nguni duke urip”.

Menyimak kisah cerita Hariwangsa, ada dikisahkan tentang ketulusan dan cetusan kasih Prabhu Kresna terhadap Dewi Rukmini dengan memberikan sekuntum bunga sebagai lambang kasih yang suci murni dan tiada duanya.
Selanjutnya ada pula sebagai suatu ketegasan mengenai bunga melambangkan jiwa kepahlawanan dengan bunga kembang sepatu merah atau wirakusuma atau bunga yang gagah berani.
Penggunaan sarana bunga dalam upacara yadnya sangat banyak kita jumpai karena bunga sebagai sarana keagamaan atau sarana upacara yadnya, memiliki arti dan makna yang sangat mulia. Seperti makna religius atau makna spiritual serta  makna kesucian. 






Comments

Popular Posts