Skip to main content

Featured

pertama di indonesia

 

TERSESAT DIRUMAH TUHAN



Hingga saat ini manusia yang menempati alam semesta atau planet bumi ini sangat mempercayai bahwa yang menciptakannya adalah Tuhan (bagi yang beragama). Selain agama, kita tidak tahu lagi untuk memberi definisi terkait dengan yang mengadakan dunia ini beserta isinya. Bahkan kita juga sering mendiskusikan segala sesuat, begitu hal itu diluar kemampuan nalar dan pikiran kita, kita akan menyimpulkan itu adalah urusan Tuhan, itu adalah kuasa Tuhan. Jika benar dunia ini adalah ciptaan Tuhan, berarti Tuhan selalu melihat dan mengawasi hasil ciptaanya.

Berapa banyak Tuhan?

Dalam pemahaman agama, kita sering mengelompokan beda agama beda Tuhannya, jangankan beda kelompok, dalam satu kelompok saja kita saling mengkritisi perbedaan, tapi semua atas nama Tuhan. Apakah orang ateis juga mencari tuhan? Jika Tuhan kita pahami sebagai yang Maha dan Tidak. Pertama, Maha Esa Berarti hanya ada satu yang selalu kita debatkan dengan cara yang berbeda, Maha Kuasa berarti setiap celah di dunia ini ada Tuhan yang selalu kita cari kemana-mana, Maha Besar sebesar dunia ini tapi tidak pernah kita lihat, dll. Kedua, tidak terlihat yang selalu kita ingin plototin, tidak terpikirkan yang selalu kita pikir siang malam, dll.
Berdasarkan kitab suci Bhagawadgita, ada empat macam orang yang baik hati memuja-Ku, mereka yang sengsara, yang mengejar ilmu, yang mengejar harta, dan yang berbudi.
Mengapa Tuhan perlu kita dekati dan kita puja?
Bukankah Tuhan ada dimana-mana?
Satu hal yang harus dipahami oleh manusia, bahwa agama dasarnya adalah keyakinan. Dengan dasar keyakinan inilah kemudian manusia yakin bahwa yang didekati dan di puja itu ada, yaitu Ia Yang Maha kuasa segala hal, serta bersifat maha pengasih, maha pengampun, dan sebagainya. Disamping itu kita menyadari bahwa manusia memiliki kelemahan dan keterbatasan. Setelah kita memiliki keyakinan bahwa Tuhan itu ada dan sadar akan kelemahan serta keterbatasan yang dimiliki manusia, maka akan   melahirkan sikap mendekatkan diri dan memuja-Nya, inilah yang disebut dengan Sembahyang. Pada saat sembahyang, Pertama, kita melantunkan doa-doa pujaan dan pujian untuk mengagungkan, menyanjung kemahakuasaan-Nya. Kedua, menyampaikan segala permohonan, seperti permohonan keselamatan, panjang umur, permohonan dipermudah mencari rezeki, permohonan kesembuhan, dan sebagainya.
Tuhan ada dimana-mana, Beliau ada di Pura dan di luar Pura, termasuk berada pada setiap insan makhluk. Kalau Tuhan ada di luar Pura, apa perlunya kita datang ke Pura memuja Tuhan? Untuk menjawab pertanyaan tentang pentingnya memuja Tuhan di Pura dapat diumpamakan seperti seekor sapi betina. Seluruh tubuh sapi perah terdiri dari daging, tulang, otot, dan lain-lainnya berfungsi menghasilkan air susu. Air susu hanya dapat dikeluarkan lewat punting sapi betina. Demikian pula halnya bagi manusia kebanyakan yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan, hanya pada tempat yang bersih dan suci akan dirasakan kehadiran Tuhan.
Menurut kitab Suci Bhagawadgita Bab VII sloka 16, menyebutkan ada empat tipe bhakta (umat/manusia) yang baik memuja Tuhan yang dikenal dengan Catur Widha Bhajante. Yaitu:
-  Artah, artinya bhakta yang memuja Tuhan karena ditimpa kemalangan, penderitaan, kesusahan dan sakit. Tuhan dipuja dan dipuji, mohon diringankan bahkan dibebaskan dari segala penderitaan, mohon kesembuhan dari penyakit yang ia derita. Kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri, setiap orang pasti pernah mengalaminya. Segala upaya telah ditempuh untuk kesembuhan dari penyakit yang di derita, mulai dari pengobatan medis (dokter), pengobatan tradisional (dukun dan Paranormal), tidak juga menunjukkan gejala-gejala kesembuhan. Satu-satunya jalan terakhir ditempuh adalah dengan cara sembahyang (berjapa), mohon kemujizatan Tuhan.
-     Artha Arthi, artinya bhakta yang memuja Tuhan dengan tujuan mendapatkan keuntungan material. Begitu kekayaan material dicapai, Tuhan dilupakan, karena kita sangat sibuk dan terlena menikmati kesenangan duniawi. Bahkan mungkin untuk memikirkan matipun tidak sempat. Kejayaan menikmati kesenangan material tidak selamanya dapat kita pertahankan, suatu saat pasti mengalami musibah berupa gulung tikar. Pada saat inilah bhakta kembali ingat memuja Tuhan, bahkan dengan cara-cara yang berlebihan, bahkan menghaturkan persembahan berupa sesaji dengan biaya yang mahal.
-  Jijnasuh, artinya memuja Tuhan dengan mengharapkan kedudukan dan kepandaian atau ilmu pengetahuan. Setiap manusia yang masih tergolong awam dalam hal spiritual, permohonannya ini dianggap wajar. Karena mereka yakin Tuhan Maha Pemurah dan maha pengasih. Apabila permohonannya dikabulkan dan didasari oleh usaha kerja keras, tanpa mengenal putus asa, bertambah teballah keyakinannya kepada Tuhan.
-       Jnani, artinya bhakta yang memuja Tuhan karena kewajiban sebagai orang yang beragama. Bhakta ini hanya memuja Tuhan, mensyukuri dan mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala apa yang telah Tuhan berikan.
Kesimpulan dari keempat tipe Bhakta tadi adalah, untuk tipe pertama, kedua dan ketiga, mereka bersikap seperti itu karena memang kemampuannya baru mencapai tahap demikian. Apapun tujuannya memuja dan menyembah Tuhan tidak masalah, yang terpenting mereka percaya dan bhakti kepada Tuhan, dan mereka pun mendapat pengakuan sebagai pemuja Tuhan.
Memuja Tuhan dengan dasar pikiran yang masih diselimuti pamrih duniawi, tentunya tidak akan mendapat pahala rohani yang tinggi. Bhakta keempat adalah tingkatan bhakta yang paling mulia, karena didasari oleh pikiran yang suci, tulus, tanpa pamrih, karena mereka yakin bahwa segala kebutuhan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya telah disediakan oleh Tuhan berupa alam semesta beserta dengan segala isinya. Disinilah Tuhan menguji manusia untuk dapat mengembangkan potensinya dalam rangka mengolah isi alam, dengan tetap berlandasarkan pada konsep menjaga keharmonisan dalam arti luas.

Comments

Popular Posts