Search This Blog
Kita semua adalah pelayan; biasa jadi pelayan keinginan sendiri, pelayan orang lain, pelayan masyarakat atau pelayan Tuhan ; jadilah pelayan yang mampu menyelamtkan diri di dunia dan akhirat
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Posted by
SUBHATMA
ATRIBUT DAN FUNGSI PEMANGKU/PINANDITA
ATRIBUT
PAMANGKU
Pamangku sebagai rohaniawan yang masih tergolong ekajati atau walaka, dalam hal berbusana hanya diatur pada saat melaksanakan tugas kepemangkuannya saja. Sedangkan dalam keadaan sehari-hari tidak diatur secara khusus. Hal ini disebabkan karena tidak terjadi perubahaan atau penagantian wesa seperti. yang berlaku pada seorang Pandita. Pamangku masih dibenarkan untuk agotra atau bercukur sebagai walaka umumnya. Hanya saja saat Pamangku melaksanakan tugasnya sesuai. dengan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu VI tahun 1980, Pamangku diwajibkan berbusana lengkap serba putih, dari bentuk destar mongkos nangka, baju, kain dan kampuh. Bagi yang mernelihara rambut dimasukkan ke dalam destar dengan cara dikonde, sehingga tidak terurai. Kemudian tidak dibenarkan mengenakan busana pada waktu memuja seperti busana Pandita, termasuk juga dalam hal tatanan dandanan rambut.
Perlengkapan Pamangku dalam melaksanakan
tugasnya tidak memakai, perlengkapan sebagaimana
yang dipergunakan oleh Pandita. Yang dipergunakan oleh Pamangku adalah genta,
dupa sastrat, sangku atau payuk, serta dulang sebagai alasnya.
FUNGSI
PAMANGKU
1.
FUNGSI
SPIRITUAL
Pamangku, adalah rohaniawan dan
sekaligus seorang spiritualis. Sebagai seorang rohaniawan dia dituntut melaksanakan fungsi
manifesnya. Fungsi manifest ini akan dapat berjalan secara maksimal apabila pamangku memiliki
spiritualitas yang mantap.
Spiritualitas yang mantap akan terwujud apabila pamangku melaksanakan fungsi latennya, artinya dimana setiap
langkah dan tindakannya harus mencerminkan
pribadi yang dilandasi oleh kesucian itu. Sebagai media bagi umat untuk
Tuhan, pelembagaan kesucian itu tidak hanya mengalir dari luar dalam bentuk prilaku dan yang paling penting adalah bagaimana
Pamangku itu membangun kualitas Jiwanya
dengan terus menerus membangun kesucian itu. Hanya dengan kesucian,
tugas dan pelayanan paripurna dapat terlaksana. Hanya dengan kesucian
spiritualitas akan dibangun. Sehubungan dengan kesucian ini Lontar Kusumadewa
menyatakan.
"Satingkahe dadi pamangku kari undakan Widhi,
sabran dina rahayu patut I pamangku mapeningan manyucian dewek. Satingkahe nyuci
laksana, saparikramaning apening pelajahin tur nunas tirta ring pura
panyiwiania makadi ring Ida Pandita maka panelah-nelah reged ring sarira; luir
tirta sune patut tunas; panglukatan,
pabersihan, wus mapeningan mangda ke pura mererisak "
Tejemahannya.
Prilaku sebagai Pamangku Pura setiap hari baik patut menyucikan diri. Tatacara menyucikan diri.
Tatacara menyucikan diri, aturan tatacara menyucikan diri patut dipelajari dan mohon air suci di
pura tempatnya bertugas
dan juga kepada pandita sebagai penyucian atas segala noda dan kotoran dirinya. Adapun tirta yang patut dimohonkan
adalah tirta panglukatan, pabersihan, setelah
selesai menyucikan diri, agar ke pura untuk melaksanakan tugas menyapu
membersihkan halaman pura.
Lebih lanjut "Puja Pancaparamartha menyatakan.
"Agni madhye ravis caiva, Ravi madhye 'stu
candramah
Candra madhye bhavec suklah, sukla madhye sthitah sivah.
Tejemahaannya.
Di dalam api ada matahari, di
dalam matahari ada bulan
Di dalam bulan ada kesucian ,
dalam kesucian Siva berstana
2. FUNGSI
RITUAL
Pamangku memiliki
peranan yang sangat penting dalam masyarakat Hindu, fungsinya menjadi sangat
vital tatkala umat menyelenggarakan upacara yaina. Sepanjang, tidak menggunakan
Pandita, maka Pamangkulah yang diminta jasa layanannya sebagai manggala dari
upacara yajna tersebut yang lazim disebut dengan nganteb. Terkait
fungsinya sebagai pemimpin ritual maka kompentensi yang harus dikuasai walaupun
tidak sepenuhnya kecuali Pandita terkait dengan upacara tersebut meliputi:
a.
Yantra
Yantra dimaksud adalah seorang Pamangku seyogyanya
memahami arti dan makna simbolis dari
berbagai sarana yang dipergunakan dalam kegiatan upacara yang,
dipimplanya, lebih lanjut mengoprasionalkan simbol-simbol tersebut sehingga
tercapai suatu tujuan sesuai dengan goal, untuk maksud dan tujuan apa
upacara yajna itu dilaksanakan. Dalam hal
ini tubuh seorang Pamangkupun merupakan yantra seperti dinyatakan
berikut ini:
"Iki ngaran Kusunwdewa, penganggen nira Sang Mangku
Kulputih, iki kawruhakna
Sang Hyang Rare-Angon maka dewaning Pemangku, maka ngaran Mangku Jagat, kawenang
nyuci-adnyana nirmala, ngaran, Nare pinaka
raga, Bahu
pinaka tripada, Sirah pinaka Siwambha medaging
toya/tirtha, selaning Lelata Ong-kara sumungsang pinaka cendana, Citta pinaka wija, sucining awakta
pinaka Dipa,
Netra manis pinaka dhupa, ujar tuwi rahayu. mangenakin pangrenga pinaka gandha, Agni ring nabhi,
pinaka sekar tunjung, kuncuping tangan kalih pinaka ghanta, tutuk pinaka Hyang
ngaran. Ika maka tingkahing Mangku amuja, samangkana sang Mangku jagat, kadi
ling nig Kusumadewa.
Teriemahannya.
Ini. namanya Kusumadewa, atribut Pamangku
Sangkulputih, Ini pengetahuan tentang
Sanghyang Rare Angon sebagai istadewatanya Pamangku, yang disebut dengan
Pamangku Jagat, kewajiban menyucikan rohani, tubuhnya Pamangku ibarat talam, bahunya ibaratkan Tripada, kepalanya sebagai siwamba
berisi air suci, Omkara terbalik di antara kedua alis sebagai cendana, pikiran
murni sebagai wija, sucinya tubuh sebagai lampu penerang, sorot mata yang menyejukkan ibaratkan dupa, wacana yang
lebut sebagai wangi-wangian, panasnya nabi/pusar sebagai bunga padma, bersatunya kedua tangan ibarat ghanta,
ujungnya ghanta sebagai Yang dipuja, itulah simbol saat Pamangku memuja, demikianlah
Pamangku jagat, sesuai petunjuk sastra Kusumadewa.
Yantra lain yang dipergunakan sebagai piranti adalab Genta
atau lazim disebut Kleneng Dalam kapasitasnya sebagai manggala
upacara seorang Pamangku ditengkapi dengan Genta. Lontar Widhisastra
menyebutkan sebagai berikut.
Yan
sampun Adhiksa Widhi katapak dening Sang
Pandita putus, wenang sang Mangku mabebajran, mwah ngaloka palasraya, maka walining yadnya, wenang
Pamangku nyirating sawangsania ring pakrarnan, sang Mangku wenang ngawalinin
yadnya manut panugrahan sang Guru utawi sang maraga Sulinggih.
Terjemahannya
Jika telah melalui pawintenan adhiksa Widhi mendapat
pengesahan dari Pandita,
saat memuja berkewajiban Pamangku menyurakan suara ghanta, serta melakukan layanan di bidang upacara yajna,
berkewajiban Pamangku mencipratkan air suci terhadap warganya di desa, Pakraman,
Pamangku patut menyelesaikan upacara sesuai dengan kewenangan yang diberikan
oleh Guru selaku Pandita.
Lebih jauh dalam lontar Suk-retanim,
Pamangku disebutkan sebagai berikut.
"Hana
pawekasing Bhatara ring Pamangku, yan rawuh patatoyan Ida Bhatara ring madhyapada,
raris angicen bajra patatoyan, maka wruh ikang Pamangku, kawit kretaning Pamangku. Yang nora angagem bajra,
nora wruh ring kretaning
Kapamangkuan, angaru-hara dadi Pamangku, angiya-ngiya sira ngaran, kena
sapaning Bhatara, meh tumbuh edan, karoga,-rogan, anyolong, angedih ring
pisaga.
Terjemahannya
Ada pemberitahuan
Bhatara kepada Pamangku, pada saat Pujawalimembuat
huru-haralah Pamangku itu, membenarkan diri namanya itu, kena kutuk oleh Tuhan, bahkan mungkin menimbulkan
kegilaan, kehancuran, mencuri, mengemis pada tetangga.
b.
Mantra atau pujastawa
Pamangku wajib
memahami doa-doa yang patut dirafalkan sebagai media pengantar atau komunikasi
kepada Hyang Widhi saat upacara berlangsung sehingga upacara itu menjadi tepat
guna, berdaya guna serta berhasil guna. Lebih jauh. lontar,
Sukretaning Pamangku menyebutkan sebagai berikut:
"Yan ngastawa Bhatara aseha-seha nora turun Ida
Bhatara, apan sira tan eling kawit kandaning Pamangku,,anganggo
lobha angkara, anduracara kita, kalinganya tan
merge,t ring agamaning Bhatara, tuhu sira dusun anggen Ida Pamongmong,
ngaran.
Terjemahannya.
Jika memuja Tuhan dengan menggunakan dengan bahasa sehari-hari tidak
akan turun Ida Bhatara, karena Pamangku tidak mengetahui prosedur menjadi
Pamangku, menerapkan
keserakahan, angkaramurka, melakukan tindakan tidak tepuji Pamangku itu, sesungguhnya tidak
ingat pada prilaku memuja Bhatara, sunguh sangat
kolot Pamangku itu dijadikan hamba pelayan oleh Tuhan.
Selanjutnya Lontar Sangkulpinge menyatakan.
"lki panugrahan
sira Mpu Kuturan, kaunggahang ring Lontar Sang Kulpinge, tingkahing dadi Pamangku,
wenang angaduhaken weda ikang Kusumadewa kawruhakna dening pascat.
Terjemahannya
Inilah pemberian Mpu Kuturan, dicantumkan dalam pustaka Sangkulpinge, tatacara menjadi Pamangku,
berkewajiban memiliki puja pangastawan, sesungguhnya
Kusumadewalah harus, diketahui dengan tuntas.
3.
FUNGSI
SOSIAL RELIGIUS.
Bertitik tolak dari konsep yang telah dipaparkan
sebelumnya, bahwa seorang Pamangku adalah
Penyangga Dharma, sekaligus pelaksana dharma pada front terdepan.. Jika dharma diterapkan dharma pula yang
akan melindunginya (dharma raksati
raksitah) . Lebih jauh
Atharvaveda XII, 1. 1, menyatakan bahwa, dharma itu terdiri atas.
"Satyam
brhad rtam ugram diksa tapo
Brahma
yajnah prthivim dharayanti."
Terjemahannya
Sesungguhnya kebenaran, hukum,
inisiasi, disiplin,
doa serta persembahan yang menyangga
dunia.
Apa yang
menjadi isi atau contain dari dharma itu seperti terjabar di atas, seorang
Pamangku wajib merealisasikannya. Lebih lanjut kitab Slokantara sloka 3. menyatakan.
Kalingannya, tan hana dharma
lewiha sangkeng kasatyan, Matangyan haywa lupa ring kasatyan ikang wwang
Terjemahannya
Tidak ada dharma yang lebih tinggi dari Satya
(kebenaran),
Oleh karena itu manusia jangan lupa melaksanakan Satya
itu.
Maka dalam konteks ini scorang, Pamangku
adalah pemegang satya atau kebenaran. Realisasl dari satya ini bermuara pada "katakan
kebenaran lakukan kebajikan"
Dengan merujuk satra di atas, bahwa seorang Pamangku
tugas pokoknya tidaklah cukup
memberikan pelayanan di bidang ritual dalam bentuk menyelesaikan/nganteb
upacara yadnya saja. Beliau wajib melembagakan kesucian setiap hari baik untuk
diri pribadi maupun untuk orang lain, mengingat Pamangku adalah perwujudan Siva
Sakala atau Siwaning Pakraman, sekaligus Sebagai Gembala umat yang bertugas menuntun urnat setiap hari dalam rangka
pencarian hakekat Sang Diri demi
terwujudnya karahayuan jagat.
- Get link
- X
- Other Apps
Popular Posts
Posted by
SUBHATMA
wangsa, soroh, kasta dan warna di Bali
- Get link
- X
- Other Apps
Posted by
SUBHATMA
BUNGA YANG BOLEH DIGUNAKAN UNTUK YADNYA
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment