Skip to main content

Featured

pertama di indonesia

 

Membangun Papua Tanah Damai




MEMBANGUN  DAMAI DI TANAH PAPUA

KOMUNITAS AGAMA HINDU


Pendahuluan

Perdamaian merupakan idaman dan keinginan setiap orang yang ada di muka bumi ini, namun keinginan itu sering tidak di ikuti dengan tindakan, pikiran dan prilaku untuk mewujudkan perdamaian itu sendiri. Jika diamati kondisi di tanah Papua saat ini, mungkin termasuk daerah dan tanah yang paling damai di nusantara ini jika di lihat dari kerukunan hidupa umat beragama. Terbukti dengan adanya kegiatan lintas agama yang didukung oleh umat beragama, disamping itu tingkat solidaritas dalam saling kunjung mengunjungi pada perayaan hari raya keagamaan di tanah Papua baik di tingkat Provinsi, Kab/Kota,distrik dan lapisan  masyarakat paling bawah.

Kedamaian yang dibangun sering terusik oleh kondisi- kondisi yang terjadi baik di tanah Papua maupun di luar Papua seperi ; kondisi politik, kebijakan pemerintah yang kurang sosialisasi sehingga menimbulkan pro dank kontra, dan sering juga dibayangi oleh situasi konplik di daerah lain yang bernuansa SARA (suku, agama, rasa dan antar golongan ).

Masyarakat yang beragama Hindu yang mendiami tanah Papau juga tidak  terlepas dari keinginan untuk membangun budaya damai di Tanah Papua, apalagi damai memang merupakan tujuan hidup dalam agama Hind yang disebut demgan kata Santih (damai) seperti yang disebut dalam Yajurveda XXXVI.17 sebagai berikut        

(Semogalah serasi (damai) dengan atmosfir, dengan langit dan bumi. Semogalah selaras dengan air, tumbuh-tumbuhan dan tanaman obat sebagai sumber kebahagiaan. Semogalah para dewata  dan Tuhan Yang Mahaesa  menganugrahkan kedamaian dan keharmonisan kepada kita semua. Semogalah terdapat keserasian di seluruh pelosok. Semogalah keharmonisan itu datang kepada kami)”  .

Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan langkah kongkrit dalam kehidupan sebagai aflikasi dari konsep atau teori agama yang ada. Kedamaian itu juga merupakan kewajiban bagi umat Hindu yang disebut demgan Dharma Santih.

Khusus dalam agama Hindu dalam mewujudkan kedamaian itu mengunakan konsep; Tat Twam Asi (kamu adalah saya) sebagai wujud kasih sayang terhadap semua yang ada di alam ini, Tri Kaya Parisuda (tiga Prilaku Suci; Berpikir yang suci, berkata yang suci dan berprilaku yang suci),  Tri Hitha Karana (tiga penyebab kedamaian dan kebahagiaan;Tuhan Manusia dan Alam).



Praktek dan Pengalaman

Karena berpegang teguh pada konsep ajaran agama maka umat Hindu yang ada di tanah Papua khususnya dan di Indonesia pada umumnya, selalu  men teghindari terjadinya konplik  mengatas namakan agama, ini adalah salah satu usaha pengendalian diri untuk mengedepankan kedamaian baik dalam individu, keluarga dan masyarakat. Dari beberapa tahun ini telah, sedang dan akan  dilakukan beberapa  kegiatan sebagai wujud menjalin kerjasama untuk membangun damai di tanah Papua, antara lain :

  1. Melaksanakan Donor darah yang disumbangkan ke PMI.
  2. Melaksanakan bakti sosial Pengobatan gratis di beberapa kampung pada menjelang Hari Raya Nyepi (Tahun Baru Saka) yang lebih memperiotitaskan penduduk asli yang berada di kampung-kampung seperti di koyakoso dan Skanto.
  3. Melakukan kegiatan anjang sana ke panti jompo.
  4. Ikut aktif dalam kegiatan lintas agama yang di koordinir oleh SKP Jayapura  untuk membangun Papua Tanah Damai, baik dalam kegiaatan seminar, lokakarya, rapat-rapat serta dalam menyikapi kasus-kasus yang terjadi di Papua seperti kasus Timika, Wamena, Wutung dll, yang sering diujudkan dalam pernyataan sikap pempinan agama di Papua.
  5. Membantu saudara –saudara kita yang terkena musibah bencan alam seperti yang terjadi di Nabire.
  6. Ikut  serta dalam menghadiri perayaan masuknya Injil di tanah Papua dan membawakan doa lintas Agama.
  7. Khusus di  Bidang Kesehatan telah di buka Klinik  pengobatan gratis  di Lingkungan Pura di Jayapura yang dibuka setiap hari Minggu, namun kondisinya masi banyak  kekurangan.
  8. Pada setiap Dharmawacana (kotbah agama), ceramah dan diskusi dalam perayaan keagamaan, persembahyangan, serta melalui kelompok keagamaan kami selalu menyerukan tentang perdamaian dengan pengendalian diri dan menjaga keharmonisan baik demgan Tuhan, manusia dan alam dimanapun kita berada. 



Visi dan harapan

            Yang menjadi visi agama Hindu dalam membangun damai di tanah Papua adalah “(Om Santih Santih Santih OM )” Atas karunia Tuhan kita wujudkan damai dihati damai didunia dan damai diakhirat”

Kami selalu mengkompanyekan lewat ceramah agama, duskusi agama dll; untuk menumbuh kembangkan kedamaian mulai dari diri sendiri, keluarga, dalam masyarakat dan dengan alam semesta untuk mendapatkan kedamaian akahirat, bagaimana mungkin kita mengharap kedamaian akhirat jika di dunia ini kita tidak pernah berpikir, berkata dan berprilaku damai?, harapan itu akan tingal harapan belaka. Kedamaian harus mulai dari diri kita sendiri, dikembangkan dalam keluaraga dan tetangga , dari masing-masing keluarga inilah akan membentuk masyarakat yang damai jika masyarakat yang ada di Papua damai maka otomatis Papua tanah damai bukan isapan jempol belaka.



Peluang membangun damai di Papua

            Peluang besar untuk membangun Papua tanah damai, memang sangat memungkinkan yang disebabkan oleh beberapa factor yaitu:

  1. Papua adalah daerah yang beriman, demgan penghayatan masing –masing agama dengan baik dan benar yang di inplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan took-tokopun tutup pada hari besar keagaan dan hari minggu. Sekalipun saat ini semakin kurangmungkin karena factor desakan ekonomi atau pengaruh global.
  2. Tingkat solidaritas dan kebersamaan yang tinggi yang terjalin antar Suku, Agama, Ras dan golongan, yang diwujudkan demgan silahturahmi (saling mengunjungi) dalam hari besar keagamaan dan kegiatan lainnya.
  3. Adanya dukungan masyarakat (umat beragama ) dalam upaya mewujudkan kedamaian



Hambatan dan tantangan

            Setiap tujuan yang ingin dicapai pasti ada hambatan dan tantang yang sekaligus ujian dan evaluasi dari usaha yang dilaksanakan, apakan sudah sesuai demgan konsep atau belum, apa sudah sesuai demgan kondisi yang ada?.

Demikian juga dengan membangun Papua Tanah Damai, tentu tidak terlepas dari hambatan dan tantanga yang sekaligus merupakan kesulitan untuk membangun damai, seperti :

1.      Keterbatasan tenaga dalam agama Hindu yang khusus untuk mengurusi keumatan terlebih lagi dikhususkan untuk  menglola / mengurusi hanya satu programa untuk membangun damai ini. Karena hampir seluruhnya yang mengurusi agama, lembaga dan pelayan Tuhan adalah Pegawai Negeri yang ditugaskan di Papua. Memang ada umat Hindu yang sebagai Transmigrasi tapi sumber dayanya belum memadai.

2.      Dengan adanya otonomi khusus untuk Papua, lewat UU No 21 tahun 2001, yang berkenaan dengan pembentukan MRP, PERDASI DAN PERDASUS, untuk agama Hindu tidak termasuk di dalamnya karena Penganut Agama Hindu tidak ada asli putra daerah, sementara keberadaan agama Hindu kenyataannya memang ada di setiap Kabupaten/Kota di Papua, disisi lain kita ingin membangun Papua tanah damai sementara keberadaan agama Hindu dalam kerangka Otonomi Khusus tidak termasuk didalamnya.

3.      Kedamaian merupakan kebutuhan bersama masyarakat, bangsa dan Negara, sementara komitmen bersama antar masyarakat, aparat, instasi pemerintah belum ada singkronisasi baik menyakut ketertiban dan kemanan, yang akan membawa kita untuk merasa aman dan nyaman serta bebeas dari rasa curiga, khuatir dan gelisah dalam melaksanakan tugas masing-masing, kondisi itu jug menjadi hambatan dalam membangun damai itu sendiri.  

4.      Adanya kesenjangan imit masyarakat terhadap putra daerah dan putra pendatang ditambah lagi dengan kemajemukan yang ada yang membawa peluang konplik yang luas sebagai ancaman kedamaian di tanah papua, kedamaian di papua, baik keanekaragaman suku, agama, ras, golongan, status social, budaya dll. Sementara damai  tidaka dapat dibangun oleh putra daerah saja atau putra pendatang saja, oleh satu suku atau sau golongan tapi membutuhkan kebersamaan.



Untuk terwujudnya kedamaian disebabkan oleh tiga keharmonisan hubungan yang disebut denga Tri Hita Karana (tiga hal yang menyebabkan kedamaian dan kebahagiaan). Adanya saling menghargai dan saling mengendalikan diri dan selalu menjaga hubungan yang harmonos seperti:

1. Hubungan harmonis atau serasi antara umat manusia dengan Tuhan

            Hal ini diwujudkan dengan pelaksanaan ajarana agama yang lebih menonjol dengan sakralisasi keagamaan dan menjalankan segala perintah Tuhan serta menjauhi segala larangannya.



2. Hubungan yang harmonis atau serasi antar sesama umat manusia

            Kondisi yang paling sering mempengaruhi kedamaian itu adalah hubungan manusia dengan manusia itu sendiri, baik hubugan antara tetangga, antara masyarakat, antara suku, antara agama yang dianut, antara kelompok, antara golongan, antara bawahan dengan atasan, antara masyarakat dengan pemerintah dll.



3. Hubungan yang harmonis atau serasi antara umat manusia dengan  

    alam ciptaan-Nya serta mahluk hidup lainnya

            Hubungan manusia dengan alam saat ini sudah mulai kurang baik, ketidak selarasan dengan alam akan mengundang bencana dan musibah pada kita sendiri, seperti pemanfaatn hutan yang kurang baik, exploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol dan penempatan lingkungan penduduk yang tidak tepat. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kedamaian yang kita bangun.



Pentup

            Untuk memwujudkan Papua Tanah Damai seharusnya kita selalu melaksanakan tugas dan kewajiban kita masing-masing dengan baik dan bebaskan diri dari mencari keuntugan pribadi, kelompok dan golongan dengan cara mengorbankan orang lain, kita jangan mengganggu kedamaian orang lain karena kita juga tidak ingin kemaian kita terusik. Jauhkan diri dari rasa curiga, irihati, dan berburuk sangka demean orang lain. Bila ajaran Trihita Karana senantiasa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka kedamaian, kesejahtraan dan kebahagiaan akan dapat segera diwujudkan

Walaupun seseorang telah memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan, namun bila tidak memiliki kedamaian, maka kesejahtraan dan kebahagiaan sangat mustahil diwujudkan. Kedamaian adalah akar dari kebahagiaan dan umat Hindu senatiasa dalam mengakhiri setiap pengucapan mantra selalu mengucapkan Om Santih, yang maknanya untuk memohon kedamaian .

Umat Hindu dalam mewujudkan tujuan hidupnya, yakni untuk memperoleh kesejahtraan dan kebahagiaan lahir dan batin melakukan berbagai aktivitas kehidupan yang dijiwai oleh ajaran agama, mewujudkan Trihita Karana, Tat Twam Asi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu dari berbagai aktivitas keagamaan, di antaranya adalah melakukan berbagai aktivitas ritual dan serimonial yang seimbang.

Semoga damai dihati damai didunia dan damai selalu.



Oleh IGM Sunartha,

Comments

Popular Posts