Skip to main content

Featured

pertama di indonesia

 

KONSEP DASAR ADVAITA VEDANTA



1.    KONSEP DASAR  ADVAITA VEDANTA 
a)   Barman yang absolut

   Hanya Keberadaan Brahman Yang Mutlak, Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedantayang berarti “tak ada duanya”. Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhanmerupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman. Hanya Brahmanlah yang disebut Sat, artinya hanya Brahmanlah yang demikian keberadaan. Di luar Brahman keadaannya adalah a-sat, artinya bukan keberadaan yang ada secara kekal. Namun di dalam pengalaman hidup sehari-hari dunia kelihatannya benar-benar nyata, yang dapat dilihat dan diamati, (Sumawa & Krisnu, 1996; 209). Ajaran Advaita dari Sankara menegaskan sifat transenden dari Brahman yang tiada dua-Nya dan juga dualisme daripada alam semesta termasuk Isvara yang memerintahnya. Yang nyata adalah Brahman atau Atman. Predikat apapun tidak bisa diberikan kepada Brahman karena setiap predikat mencerminkan kegandaan, (Atmaja, 1989; 11).

Sa eko bhagavan sarvah,
Siwa karana karanam,
Aneko viditah sarwah,
Catur vidhasya karanam,
Ekatwanekatwa swalaksana bhatara ekatwa ngaranya,
Kahidup makalaksana siwatattwa,
Tunggal tan rwatiga kahidep nira,
Mangekalaksana siwa karana juga tan paphrabeda,
Aneka ngaranya kahidup Bhataramakalaksana caturdha,
Caturdha ngaranya laksananiram stuhla suksma sunya.

Artinya :

Sifat Bhatara eka dan aneka. Eka artinya ia dibayangkan bersifat Siwa Tattwa, ia hanya esa tidak dibayangkan dua atau tiga. ia bersifat Esa saja sebagai Siwakarana (Siwa sebagai pencipta), tiada perbedaan. Aneka artinya Bhatara bersifat Caturdha. Caturdha adalah sifatnya, sthula, suksma dan sunia.

Tuhan Yang Mahaesa ini di dalam Rig Weda (I. 164.46) dinyatakan: “ Ekam Sat Wipra bahudha wadanti, agnim yamam matariswanam ahuh” yang artinya:” Tuhan itu Mahaesa, para resi mengatakan dengan banyak nama, seperti : Agni, Yama Matariswan dan sebagainya “.



b)      Pencapaian Kelepasan

Tujuan hidup manusia adalah untuk mengetahui dan merealisasikan kebenaran, untuk mengetahui dan merealisasikan bahwa Atman adalah Brahman. Barang siapa yang mencapai tujuab itu ia akan berubah pikirannya, baik mengenai dirinya maupun yang mengenai dunia. Perubahan ini menghasilkan kelepasan yaitu kembali keasal-Nya, Brahman. Sarana untuk mencapai itu menurut Advaita ialah melalui:

     Wairagya, yaitu melaksanakan disiplin yang praktis dan tidak terikat pada sesuatu yang ada disekitarnya

Berusaha mendapatkan pengetahuan yang tertinggi (Jnana) dan mengubah pengetahuan ini menjadi pengalaman langsung yaitu dengan belajar kepada guru mengenai Advaita, sehingga mengetahui benar-benar bahwa Atman adalah Brahman seutuhnya

  Berusaha memancarkan pengetahuan ini dalam hidup sehari hari,

Tuhan dalmn agwna Hindu adalah Esa, yang didalam berbagai kitab suci seperti Upanisad dinyatakan ‘Ekam evam adwityam Brahma’ Hanya satu Tuhan, tidak ada yang kedua.Tuhan Yang Mahaesa itu disebut dengan berbagai nama atau abhiseka.  Tuhan dalam agama Hindu disebut dengan ribuan nama.  Brahma Sahasranama (Seribu nama Brahma), Wisnu Sahasranama (seribu nama Wisnu) Siwa Sahasranama ( seribu nama Siwa ) dan sebagainya.

     Monotheisme: keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa (Tuhan Yang Satu).  Keyakinan ini dibedakan atas:



1). Monotheisme Transcendent: keyakinan yang memandang Tuhan Yang Maha Esa berada jauh di luar ciptaan-Nya.  Tuhan Yang Maha Esa maha luhur, tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia.



2). Monotheisme Immanent: keyakinan yang memandang bahwa Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, tetapi Tuhan Yang Maha Esa itu berada di luar dan sekaligus di dalam ciptaan-Nya.  Hal ini dapat diibaratkan dengan sebuah gelas yang penuh berisi air, kemudian sebagian air tumpah, temyata keadaan air dalam gelas tidak berubah.



i.                   Monisme: keyakinan terhadap adanya Keesaan Tuhan Yang Maha Esa merupakan hakekat  alam semesta.  Esa dalam segala.  Segalanya berada di dalam yang Esa.  Sebuah kalimat Upaniûad (Båhadàraóyaka )menyatakan:“Sarvaý khalvidaý Brahman” (Segalanya adalah Tuhan Yang Maha Esa).



2)      Tuhan Yang Maha Esa dapat dijumpai beraneka macam, Dvaita, Tuhan digambarkan dalam Personal God (Imanen)



Di dalam filsafat ketuhanan, pandangan tentang Tuhan Yang Maha Esa dapat dijumpai beraneka macam, sebagai berikut:



a.  Animisme: keyakinan akan adanya roh bahwa segala sesuatu di alam semesta ini didiami dan dikuasai oleh roh yang berbeda-beda pula.



b.  Dinamisme: keyakinan terhadap adanya kekuatan-kekuatan alam. Kekuatan alam ini dapat berupa makhluk (personal) ataupun tanpa wujud.  Tuhan juga disebut sebagai Super Natural Power (kekuatan alam yang tertinggi).

c.  Totemisme: keyakinan akan adanya binatang keramat, yang sangat dihormati.  Binatang tersebut diyakini memiliki kesaktian.  Umumnya adalah binatang mitos, juga binatang tertentu di alam ini yang dianggap keramat.

d.  Polytheisme: keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan. Wujud Tuhan berbeda-beda sesuai dengan keyakinan manusia.

 e.  Natural Polytheisme: keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan sebagai penguasa berbagai aspek alam, misalnya: Tuhan matahari, angin, bulan, dan sebagainya.

f.   Henotheisme atau Kathenoisme: keyakinan atau teori kepercayaan ini diungkapkan oleh   Max Muller ketika ia mempelajari kitab suci Veda. Sebelumnya ia mengajukan teori Natural Polytheisme seperti tersebut di atas.  Yang dimaksud dengan Henotheisme atau Kathenoisme adalah keyakinan terhadap adanya Deva yang tertinggi yang pada suatu masa akan digantikan oleh Deva yang lain sebagai Deva tertinggi.  Hal ini dijumpai dalam Ågveda, pada suatu masa Deva Agni menempati kedudukan tertinggi, tetapi pada masa berikutnya, Deva itu digantikan oleh Deva Indra, Vàyu atau Sùrya.  Dalam perkembangan selanjutnya, terutama pada kitab-kitab Puràóa deva-deva tersebut di atas diambillah fungsinya dan digantikan oleh Deva-deva Tri Mùrti.  Deva Agni digantikan oleh Brahma, Indra-Wiyu digantikan oleh Viûóu dan Sùrya digantikan oleh Úiva.  Demikian pula misalnya devi Sarasvatì adalah devi kebijaksanaan dan devi sungai dalam Veda kemudian menjadi úakti deva Brahma dalam kitab-kitab Itihàsa dan Puràóa.  Juga deva Viûóu yang sangat sedikit disebut dalam kitab Veda, tetapi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kitab-kitab Puràóa (Úrìmàd Bhagavatam atau Bhagavata Puràóa, Viûóu Puràóa), dan lain-lain.


g.  Pantheisme: keyakinan bahwa di mana-mana serba Tuhan atau setiap aspek alam digambarkan dikuasai oleh Tuhan.  Menurut sejarawan Arnold Toynbee dan Daisaku Ikeda, sikap bangsa India dan Asia Timur adalah: Pantheisme yang berbeda dengan Monotheisme Yahudi. Dalam pandangan Pantheisme, ihwal ketuhanan termaktub (immanent) di alam semesta. Dalam pandangan Monotheisme, ihwal ketuhanan direnggut dari alam semesta dan dibuat berada di luar pengertian dan pengalaman manusia (trancendent).


Comments

Popular Posts